Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Implementasi Pembelajaran Digital dalam Kurikulum Merdeka

Sebagai sebuah sistem pembelajaran maka di dalam pembelajaran digital terdapat subsistem penyusun. Ditinjau dari komponen dan proses, maka ada tiga besaran yang menjadi fokus yaitu: 1) persiapan (perencanaan dan perancangan), 2) pelaksanaan (implementasi dan pengelolaan), dan 3) evaluasi. Yang dapat kita uraikan di bawah ini:

Persiapan: Tahap persiapan adalah tahap awal dari pembelajaran digital. Pada tahap ini, pengajar perlu menentukan tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, media pembelajaran, dan peserta didik.

Pelaksanaan: Tahap pelaksanaan adalah tahap berlangsungnya pembelajaran digital. Pada tahap ini, pengajar menyampaikan materi pembelajaran kepada peserta didik menggunakan media pembelajaran yang telah ditentukan.

Evaluasi: Tahap evaluasi adalah tahap akhir dari pembelajaran digital. Pada tahap ini, pengajar mengukur sejauh mana peserta didik telah mencapai tujuan pembelajaran.

Menyiapkan Pembelajaran Digital

Dalam rangka mempersiapkan pembelajaran digital, instruktur bisa menerapkan prinsip berpikir secara global namun bertindak sesuai situasi lokal. Dengan kata lain, mengumpulkan informasi dari berbagai sumber dengan beragam referensi, lalu mengaplikasikannya sesuai kebutuhan dan konteks setempat.

Terdapat dua dasar argumen di balik kebijakan pembangunan pendidikan saat ini. Pertama, visi pendidikan Indonesia yang bertujuan mencapai kemajuan negara yang berdaulat, mandiri, dan beridentitas melalui pendidikan berdasarkan Pancasila. Kedua, tantangan perkembangan teknologi informasi dan era globalisasi. Dalam kerangka Merdeka Belajar, kebijakan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) mendorong kolaborasi melalui beragam sarana dan fasilitas, termasuk penggunaan media digital sebagai sumber belajar, alat pembelajaran, dan akses informasi untuk meningkatkan mutu pembelajaran.

Terutama dalam implementasi kurikulum Merdeka Belajar, diharapkan guru mampu mengaplikasikan media digital sesuai dengan analisis diagnostik, kebutuhan siswa, serta konteks dan potensi lingkungan sekitar.

Evaluasi dalam kurikulum Merdeka Belajar bukan hanya untuk mengukur hasil pembelajaran, tetapi juga untuk mengarahkan pembelajaran yang efektif. Penggunaan media digital dapat diterapkan dalam evaluasi formatif dan sumatif.

Tujuan evaluasi formatif adalah mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan awal siswa serta menentukan strategi dan perbaikan pembelajaran yang lebih efisien. Contohnya, penerapan evaluasi formatif dalam pembelajaran digital mencakup pretes dan survei kesiapan menggunakan perangkat chromebook dan akun belajar.id melalui Google Form dan Google Sheet, serta pemanfaatan Sumber Belajar digital atau jamboard sebagai umpan balik siswa.

Sementara itu, evaluasi sumatif bertujuan mengukur pencapaian pembelajaran dan memberi nilai terhadap satu atau beberapa tujuan pembelajaran. Dalam konteks pembelajaran digital, contohnya adalah penggunaan LMS atau Google Form untuk ujian akhir, serta pemanfaatan Canva for Education untuk membuat infografis atau laporan sederhana.

Media digital dapat berperan dalam mendukung proses evaluasi, seperti menggunakan chromebook dan akun belajar.id melalui Google Form dan Google Sheet untuk survei kesiapan siswa atau ujian akhir. Selain itu, penggunaan media digital juga penting dalam proses pembelajaran, terutama dalam pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa, yang mengharuskan guru menyediakan beragam media pembelajaran sesuai karakteristik masing-masing siswa.

Diferensiasi tidak berarti bahwa guru harus dapat memenuhi kebutuhan semua individu setiap saat atau setiap waktu. Namun, guru memang diharapkan dapat menggunakan berbagai pendekatan belajar sehingga sebagian besar murid menemukan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan mereka. 

Dalam penerapannya, pembelajaran terdiferensiasi memiliki tiga strategi.

  • Diferensiasi konten, yakni muatan atau konten apa yang akan diajarkan guru kepada siswa
  • Diferensiasi proses, yaitu proses yang akan mengacu pada bagaimana siswa akan memahami apa yang mereka pelajari
  • Diferensiasi produk, yakni hasil pekerjaan siswa setelah mempelajari materi pembelajaran.

Perencanaan strategis sangat penting untuk mencapai tujuan pembelajaran kita di era digital. Perencanaan strategis mencakup struktur keseluruhan dari setiap proses dengan cara yang cerdas dan sistematis. Dengan kata lain, pemangku kepentingan memulai dengan analisis kesenjangan atau analisis kebutuhan, kemudian menetapkan tujuan, kegiatan, waktu dan hasil untuk memenuhi kebutuhan, dan terakhir mengevaluasi apakah kebutuhan pembelajaran telah terpenuhi. Teknologi adalah bagian penting dari pembelajaran digital. Dengan menggunakan aplikasi, alat, dan sumber daya digital, siswa dapat membuat konten, berinteraksi dengan pakar, berkolaborasi dengan teman sebaya, dan berpartisipasi dalam aktivitas simulasi. Pengalaman belajar yang dipersonalisasi menempatkan siswa di pusat pembelajaran dan memungkinkan mereka mengendalikan pembelajaran mereka sendiri melalui fleksibilitas dan pilihan. 

Mempersiapkan Pembelajaran Digital

Melaksanakan dan Mengelola Pembelajaran Digital

Berikut adalah contoh strategi pembelajaran digital yang juga bisa diterapkan dengan tujuan menimbulkan kebermaknaan belajar, yaitu:

Ice breaker dan Opener 

Kegiatan ini tujuannya mengkondisikan peserta didik agar fokus pada pembelajaran. Guru perlu memberikan treatment berupa tindakan untuk membuat pembelajar aktif, sedikit permainan, memperlihatkan sesuatu yang menarik pembelajar. Dalam pembelajaran digital dilakukan misalnya dengan menayangkan gambar, video, atau aktivitas yang membuat peserta didik fokus dan siap untuk belajar.

Student Expedition 

Ketika peserta didik akan belajar melalui web, tujuan yang akan dicapai dan materi pembelajaran yang akan dipelajari sudah disajikan terlebih dulu. Ini merupakan semacam peta materi. Diperlukan pula deskripsi manfaat dan cara-cara atau petunjuk penggunaan sehingga tujuan dapat tercapai. Disajikan pula daftar aktivitas yang akan dilakukan oleh peserta didik selama belajar melalui web tersebut. 

PCT (Purposive Creative Thinking) 

Mengidentifikasi konflik atau masalah-masalah dalam kegiatan belajar yang dihadapi oleh peserta didik yang dapat dipecahkan oleh peserta didik sendiri melalui fasilitas yang ada, misalnya discussion forum atau chatting. 

P2P (Peer to Peer interaction) 

Penggunaan metode kooperatif dalam kegiatan pembelajaran di web. Hal ini ada kaitannya dengan kegiatan sebelumnya yaitu upaya untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi oleh peserta didik yang dicari solusinya melalui diskusi forum. 

Streaming Expert 

Tidak semua masalah yang dihadapi oleh peserta didik dapat dipecahkan sendiri atau didiskusikan dengan teman lain, kadang diperlukan juga pendapat dari para ahli/pakar melalui kegiatan video conference atau sekedar melihat video yang sudah tersedia di LMS. Pada kegiatan ini dimungkinkan juga terjadi diskusi antara peserta didik dengan ahli/pakar. Jika web menggunakan sistem sinkronus maka hal ini sangat mungkin terjadi. 

Mental Gymnastic 

Peserta didik melakukan kegiatan brainstorming atau kegiatan curah pendapat yang bertujuan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sudah dirumuskan. Peserta didik mengumpulkan sejumlah topik yang menarik perhatiannya untuk kemudian didiskusikan dan disampaikan kepada peserta didik lainnya.

Mengevaluasi Pembelajaran Digital

Bapak/Ibu guru harus mengerti bahwa setiap sistem dan langkah pembelajaran harus melalui tahap penilaian. Dalam konteks pembelajaran digital, guru perlu melakukan penilaian terhadap dua aspek, yaitu: 1) penilaian pembelajaran yang mencakup proses dan hasil belajar siswa, dan 2) penilaian keseluruhan pelaksanaan pembelajaran digital secara sistematis, mulai dari perencanaan hingga pelaksanaan serta pengelolaannya, dan bagaimana semua ini berkaitan dengan tujuan serta mutu pembelajaran di tingkat satuan pendidikan.