Perkembangan teknologi digital sedang berlangsung dengan cepat dan tak terbendung. Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0 memiliki dampak yang signifikan dalam kehidupan, termasuk dalam konteks pendidikan. Era Education 4.0 mencerminkan integrasi teknologi digital hingga ke tahap kecerdasan buatan (Artificial Intelligence), yang mempengaruhi perangkat dan aplikasi digital dalam sistem pendidikan serta cara pembelajarannya.
Transformasi masyarakat ke Society 5.0 juga memengaruhi perubahan dalam pendidikan, baik yang formal, non-formal, maupun informal. Akses mudah dan terbuka terhadap berbagai informasi melalui layanan berbasis data di internet adalah hal yang umum. Jika pada Era Education 4.0 teknologi menjadi fokus utama, di Era Society 5.0 perhatian lebih ditujukan pada aspek manusia sebagai pusat (human-centered). Manusia harus bijak dan kritis dalam menghadapi perkembangan teknologi tanpa mengorbankan nilai-nilai humanisme.
Oleh karena itu, para guru dan kita semua harus bertransisi dari pemahaman human resources development ke human capital. Kebijakan Merdeka Belajar adalah langkah konkret dalam menghadapi transformasi ini. Program ini bertujuan untuk menciptakan generasi Pelajar Pancasila yang mandiri dan berkarakter, dengan menyesuaikan proses pembelajaran untuk meningkatkan kompetensi pendidik, keterlibatan siswa, dan pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
Kemampuan guru dalam mengintegrasikan TIK ke pembelajaran menjadi kunci untuk mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa, meningkatkan keterampilan TIK, dan memperbaiki efektivitas serta daya tarik pembelajaran. Guru perlu memiliki kompetensi dalam pemanfaatan TIK untuk memenuhi Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, baik dalam aspek pedagogik maupun profesional.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi telah menciptakan Platform Merdeka Mengajar sebagai dukungan untuk guru dalam memahami Kurikulum Merdeka. Materi dan referensi mengajar yang beragam tersedia di platform ini, yang juga menjadi tempat untuk berbagi praktik baik melalui Bukti Karya.
Namun, pengembangan kompetensi TIK guru masih diperlukan agar layanan ini dapat dimanfaatkan secara optimal. Program PembaTIK 2023 ditujukan untuk membimbing guru menuju literasi digital sesuai standar nasional, meliputi literasi komputer, TIK, informasi, dan media, dengan tujuan akhir mendukung implementasi Merdeka Belajar.
Semangat para guru yang mengikuti Program PembaTIK 2023 patut diapresiasi karena mereka akan menguatkan ekosistem digital pendidikan melalui kontribusi dan kolaborasi, sesuai visi Merdeka Belajar. Ini sangat penting untuk mencetak generasi Indonesia yang cerdas, kreatif, dan inovatif, siap menghadapi tantangan Era Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0.
Mengenal Pendekatan TPACK dalam Pembelajaran Digital
Apa yang ada di benak bapak dan ibu guru ketika mendengar istilah pembelajaran digital? Apakah proses pembelajaran menggunakan komputer dan internet? Pendapat ini juga sahih. Dengan bantuan materi ini, bapak dan ibu guru dapat secara sistematis memahami dan mengkritisi pembelajaran digital saat ini. Dengan kata lain, sudut pandang bapak dan ibu guru ketika mempelajari konsep pembelajaran digital adalah melihat komponen, keutuhan proses, dan tujuan pembelajaran digital secara sistematis.
Karena sistem pembelajaran itu sendiri mengalami perkembangan paradigmatik lebih kompleks daripada konstruktif (Trestini, 2018). Mengapa konsep pembelajaran digital diperlukan? Bukankah kita melakukan itu selama pandemi atau masa transisi ini? Salah satu alasannya adalah kita sebagai guru harus dapat mengoptimalkan gaya belajar siswa dengan menggunakan teknologi digital dan pendekatan pedagogis yang tepat.
Dengan bantuan manajemen pembelajaran digital, guru harus dapat memungkinkan siswa untuk memecahkan berbagai masalah yang mereka hadapi secara kritis, kreatif, komunikatif, dan kolaboratif, serta lebih efektif dan efisien. Dengan demikian, kualitas proses pembelajaran Anda dapat terus ditingkatkan melalui pendekatan pedagogis dan teknologi yang tepat sesuai kebutuhan perkembangan TIK.
Konsep Pembelajaran Digital
Menurut beberapa sumber seperti (Azis, 2019), (Nana & Surahman, 2019), dan (Wahyudi, 2019), mengartikan pembelajaran digital sebagai berikut:
Berdasarkan informasi yang telah dijelaskan di atas, kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa pembelajaran digital perlu dianggap sebagai suatu sistem yang terdiri dari berbagai komponen pendukung. Komponen-komponen ini tidak hanya mencakup aspek fisik seperti infrastruktur dan perangkat, tetapi juga melibatkan unsur regulasi, kebijakan, perencanaan pembelajaran, model dan metode pembelajaran, evaluasi, dan bahkan lingkungan yang mendukung. Apakah Bapak/Ibu guru memiliki perspektif berbeda terkait pembelajaran digital?
Pengembangan pembelajaran digital telah mengalami kemajuan yang pesat seiring perkembangan teknologi dan transformasi digital selama beberapa dekade terakhir. Seiring berjalannya waktu, kita telah dapat mengamati perubahan yang signifikan dalam metode pembelajaran dan implementasinya dalam konteks digital.
Grafis berikut menunjukan evolusi dalam pembelajaran digital sajak tahun 1990-an hingga saat ini:
Berdasarkan diagram 4, kita dapat mengamati bahwa yang mengalami perkembangan dalam pembelajaran digital bukan hanya jenis teknologi yang digunakan, tetapi juga fungsi-fungsi dan aspek-aspek lain yang terkait dengan sistem seperti perancangan pembelajaran. Ini disebabkan oleh perubahan yang terus-menerus dalam kebutuhan belajar, yang berubah seiring dengan perkembangan zaman.
Sebagai pendidik, penting untuk menyadari bahwa pembelajaran digital telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan modern, mengenalkan paradigma baru dalam proses pembelajaran. Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam mengenai pembelajaran digital, mari kita telaah grafik berikut yang membincangkan mengenai prinsip-prinsipnya, fungsinya, potensi yang dimilikinya, serta berbagai variasinya.
Setelah mencermati pembelajaran digital sebagai suatu sistem, langkah selanjutnya adalah menerapkan atau mengimplementasikannya. Sebagai guru, kita harus memiliki keterampilan mempersiapkan, melaksanakan, mengelola dan mengevaluasi pembelajaran digital sesuai dengan keadaan dan kebutuhan murid kita. Ada pendekatan atau kerangka kerja yang dapat digunakan guru sebagai acuannya yaitu TPACK atau Technological Pedagogical and Content Knowledge.
TPACK dalam Pembelajaran Digital
Pendekatan TPACK dalam sebuah sistem tidak hanya digunakan untuk menyiapkan sistem pembelajaran digital sebagai kesatuan. Tapi bisa juga dimanfaatkan untuk membangun bagian dari sistem, misalnya untuk pengembangan media pembelajaran yang akan digunakan, atau dalam menyusun strategi pembelajaran yang akan diterapkan.
Seiring dengan berjalannya waktu, pendekatan pemanfaatan TIK juga mengalami perkembangan. Ruang lingkup pendekatan pemanfaatan TIK menjadi lebih personal yakni pada diri guru dan berkaitan dengan kompetensinya. Pendekatan dalam memanfaatkan TIK untuk pembelajaran yang dibahas dalam materi ini adalah model TPACK (Technological Pedagogical and Content Knowledge).
Dengan referensi dari beberapa sumber, TPACK sebagai sebuah pendekatan dan
kerangka kerja adalah sebagai berikut:
TPACK merupakan pendekatan pembelajaran yang sangat relevan di masa pembelajaran daring saat ini. Hal ini, karena pendekatan TPACK memadukan
aspek pengetahuan (Knowledge/K), cara membelajarkan (Pedagogy/P),
penguasaan materi pembelajaran sesuai bidang (Content/C) dengan TIK
(Technology/T).
Pendekatan TPACK merupakan pendekatan yang dikembangkan dari pendekatan
Pedagogy Content Knowledge (PCK) yang pertama kali dikenalkan oleh Shulman
pada tahun 1986. Namun, pendekatan PCK tidak sekedar irisan atau gabungan
pengetahuan tentang pedagogi dan penguasaan materi namun diperkuat oleh
pengalaman-pengalaman guru.
Pada dasarnya, konsep pendekatan pembelajaran TPACK melibatkan 7 domain
pengetahuan:
Paket-paket pengetahuan ini saling bersinggungan dan menghasilkan irisan-irisan menjadi paket pengetahuan baru yang perlu dikembangkan guru dalam pembelajaran abad 21. Paduan TPACK yang baik akan menolong guru bisa mengajarkan materi tertentu dengan baik pula.
TPACK sesungguhnya masih merupakan kerangka umum sehingga guru harus menerjemahkannya ke dalam tataran praktis. Yeh (2014) mencoba memberikan gambaran penerapan TPACK secara praktis dalam pembelajaran yang mencakup 8 domain penerapan TPACK.
Karakteristik anak-anak dari generasi abad ke-21, yang memiliki kedekatan dengan teknologi dan dunia digital, sebaiknya dianggap sebagai potensi untuk pembelajaran. Ini memungkinkan guru untuk mengambil sikap yang bijaksana saat mengintegrasikan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam pembelajaran daring saat ini. Lebih lanjut, guru harus menyadari bahwa dengan menerapkan kerangka TPACK, mereka akan menjadi bagian dari usaha transformasi diri menuju citra guru ideal yang sesuai dan relevan dengan dinamika abad ke-21 yang mengalami perubahan menuju digital.
Penerapan TPACK dalam Pembelajaran Digital
Pendekatan TPACK merupakan pendekatan pembelajaran yang memadukan antara materi, pedagogi dan teknologi. Pendekatan TPACK dapat diintegrasikan dengan model pembelajaran yang dapat melatih peserta didik untuk menemukan pengetahuan baru secara mandiri namun tetap mendapat bimbingan guru. Simak contoh berikut ini:
Contoh penerapan pembelajaran digital pada gambar 9, adalah pembelajaran PPKn dengan memanfaatkan google classroom sebagai learning management system (LMS) untuk memfasilitasi kelas secara digital. Guru berperan sebagai fasilitator dan pengelola pembelajaran dengan menerapkan kemampuan pedagogis, teknologis, dan penguasaan substansi (konten) yang harus memadai.
Implementasi Pembelajaran Digital
Sebagai sebuah sistem pembelajaran maka di dalam pembelajaran digital terdapat subsistem penyusun. Ditinjau dari komponen dan proses, maka ada tiga besaran yang menjadi fokus yaitu: 1) persiapan (perencanaan dan perancangan), 2) pelaksanaan (implementasi dan pengelolaan), dan 3) evaluasi.
Mempersiapkan Pembelajaran Digital
Dalam mempersiapkan pembelajaran digital, guru dapat menerapkan filosofi berpikir global dan bertindak lokal. Singkatnya: Kumpulkan informasi sebanyakbanyaknya dari berbagai sumber dengan referensi yang banyak, namun gunakan sesuai dengan kebutuhan dan keadaan setempat.
Ada dua alasan mendasar dari kebijakan pembangunan pendidikan saat ini. Pertama, visi pendidikan Indonesia yaitu mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian melalui terciptanya pelajar Pancasila. Kedua adalah tantangan kemajuan teknologi informasi dan era globalisasi. Di era Merdeka Belajar, kebijakan yang diluncurkan oleh Mendikbudristek ini mendorong
agar kita semua dapat membangun kolaborasi melalui berbagai sarana dan fasilitas. Salah satunya fasilitas digital yang dapat digunakan sebagai sumber belajar, sarana belajar serta dapat mengakses informasi yang akan membantu kita dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.
Terlebih lagi dalam implementasinya pada kurikulum merdeka, guru diharapkan dapat memanfaatkan media digital sesuai dengan analisis diagnostik, kebutuhan peserta didik, dan kondisi dan potensi lingkungan sekitar. Asesmen dalam kurikulum merdeka tidak hanya untuk mendapatkan hasil dari
pembelajaran melainkan hasil untuk menentukan pembelajaran yang efektif.
Pemanfaatan media digital bisa digunakan dalam asesmen, yaitu asesmen formatif dan sumatif.
Tujuan asesmen formatif adalah untuk mengetahui kesiapan awal belajar atau kemampuan awal siswa dan digunakan untuk mengetahui menentukan strategi hingga perbaikan proses pembelajaran yang lebih efektif. Contoh penerapan asesmen formatif dalam pembelajaran digital seperti melakukan pretest dan survei kesiapan belajar peserta didik dengan pemanfaatan chromebook dan akun belajar.id dalam penggunaan Google Form dan Google Sheet, pemanfaatan Sumber Belajar digital untuk proses pembelajaran, atau jamboard untuk umpan balik peserta didik, dan lain-lain.
Sedangkan tujuan asesmen sumatif adalah untuk memeriksa ketercapaian pembelajaran, untuk pengambilan nilai terhadap 1 atau beberapa tujuan pembelajaran. Contoh penerapan asesmen sumatif dalam pembelajaran digital seperti pemanfaatan LMS ataupun Google form untuk soal tes akhir pembelajaran, pemanfaatan canva for education untuk pembuatan infografis atau laporan sederhana, dan lain-lain.
Media digital dapat digunakan sebagai pendukung proses asesmen seperti, pemanfaatan chrome book dan akun belajar.id dalam penggunaan Google Form dan Google Sheet untuk melakukan survei kesiapan peserta didik atau tes akhir capaian pembelajaran.
Selain itu juga, pemanfaatan media digital dapat digunakan dengan dalam proses pembelajaran, terlebih lagi pembelajaran yang terdiferensiasi menuntut guru untuk memberikan fasilitas media pembelajaran yang beragam sesuai dengan karakteristik peserta didik.
Diferensiasi tidak berarti bahwa guru harus dapat memenuhi kebutuhan semua individu setiap saat atau setiap waktu. Namun, guru memang diharapkan dapat menggunakan berbagai pendekatan belajar sehingga sebagian besar murid menemukan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan mereka. dalam penerapannya, pembelajaran terdiferensiasi memiliki tiga strategi.
- Diferensiasi konten, yakni muatan atau konten apa yang akan diajarkan guru kepada siswa
- Diferensiasi proses, yaitu proses yang akan mengacu pada bagaimana siswa akan memahami apa yang mereka pelajari
- Diferensiasi produk, yakni hasil pekerjaan siswa setelah mempelajari materi pembelajaran.
Perencanaan strategis sangat penting untuk mencapai tujuan pembelajaran kita di era digital. Perencanaan strategis mencakup struktur keseluruhan dari setiap proses dengan cara yang cerdas dan sistematis. Dengan kata lain, pemangku kepentingan memulai dengan analisis kesenjangan atau analisis kebutuhan, kemudian menetapkan tujuan, kegiatan, waktu dan hasil untuk memenuhi kebutuhan, dan terakhir mengevaluasi apakah kebutuhan pembelajaran telah terpenuhi. Teknologi adalah bagian penting dari pembelajaran digital. Dengan menggunakan aplikasi, alat, dan sumber daya digital, siswa dapat membuat konten, berinteraksi dengan pakar, berkolaborasi dengan teman sebaya, dan berpartisipasi dalam aktivitas simulasi. Pengalaman belajar yang dipersonalisasi menempatkan siswa di pusat pembelajaran dan memungkinkan mereka mengendalikan pembelajaran mereka sendiri melalui fleksibilitas dan pilihan.
Mempersiapkan Pembelajaran Digital
Sedangkan Lance J. Richards (dalam Munir, 2017) mengemukakan beberapa komponen dalam desain pembelajaran digital yang dapat diterapkan dalam pembelajaran digital atau berbasis web, yaitu:
Pembelajaran digital memerlukan sebuah desain lanjutan atau desain yang lebih tinggi yang disebut dengan “Advanced Methods in Distance Education” dan langsung diaplikasikan pada salah satu bentuk (tool) pembelajaran digital yaitu Web Course Tool (WebCT). Dengan menggunakan model ini akan diperoleh keberhasilan dalam pembelajaran digital. Jadi, diperlukan kerja sama dan kolaborasi banyak unsur agar lingkup pembelajaran lebih luas kebermanfaatannya. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan
dalam mempersiapkan pembelajaran digital:
Melaksanakan dan Mengelola Pembelajaran Digital
Perlu Bapak Ibu guru ketahui bahwa pemanfaatan pembelajaran digital yang tepat dapat meningkatkan produktivitas aktivitas pembelajaran, jika guru menggunakan dasar-dasar pemanfaatan pembelajaran digital sebagai berikut:
Berikut adalah contoh strategi pembelajaran digital yang juga bisa diterapkan dengan tujuan menimbulkan kebermaknaan belajar, yaitu:
1. Ice breaker dan Opener
Kegiatan ini tujuannya mengkondisikan peserta didik agar fokus pada pembelajaran. Ice breaker artinya memecahkan es, yang mengandung makna bahwa peserta didik terkadang berada pada situasi jenuh, tidak perhatian, tidak fokus atau tidak semangat belajar. Guru perlu memberikan treatment berupa tindakan untuk membuat pembelajar aktif, sedikit permainan, memperlihatkan sesuatu yang menarik pembelajar. Dalam pembelajaran digital dilakukan misalnya dengan menayangkan gambar, video, atau aktivitas yang membuat peserta didik fokus dan siap untuk belajar.
2. Student Expedition
Dalam pembelajaran melalui web, peserta didik disajikan dengan tujuan pembelajaran dan materi yang akan dipelajari sebelumnya, seperti peta materi. Menurut teori medan, jika peserta didik dihadapkan pada tantangan belajar, mereka cenderung lebih termotivasi untuk belajar dan mencapai tujuan akhir pembelajaran. Diperlukan deskripsi manfaat, petunjuk penggunaan, dan daftar aktivitas yang akan dilakukan oleh peserta didik selama pembelajaran melalui web tersebut.
3. PCT (Purposive Creative Thinking)
Pada langkah ini, peserta didik mengidentifikasi konflik atau masalah dalam pembelajaran yang bisa dipecahkan sendiri melalui fasilitas seperti forum diskusi atau chatting.
4. P2P (Peer to Peer Interaction)
Metode kooperatif digunakan dalam pembelajaran web, terkait dengan upaya sebelumnya untuk mengatasi masalah-masalah pembelajaran melalui diskusi forum.
5. Streaming Expert
Tidak semua masalah peserta didik bisa dipecahkan sendiri atau melalui diskusi dengan teman sekelas. Terkadang, pendapat dari ahli atau pakar diperlukan melalui video conference atau video yang tersedia di LMS. Diskusi antara peserta didik dan ahli/pakar juga dimungkinkan, terutama jika pembelajaran web bersifat sinkronus.
6. Mental Gymnastic
Peserta didik terlibat dalam kegiatan brainstorming atau curah pendapat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Mereka mengumpulkan topik menarik untuk didiskusikan dengan peserta didik lainnya.
Uraian di atas adalah beberapa contoh penerapan strategi pembelajaran digital. Lalu bagaimana dengan pengelolaan pembelajaran digital? Agar pengelolaan pembelajaran digital dilakukan dengan baik, berikut beberapa faktor yang perlu Bapak/Ibu guru perhatikan:
Perlu diingat oleh Bapak/Ibu guru bahwa keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran digital, baik melalui metode daring, luring, maupun kombinasi keduanya, serta penguasaan terhadap lingkungan belajar.
Mengevaluasi Pembelajaran Digital
Dalam konteks penilaian pembelajaran digital, Bapak/Ibu guru tentunya memahami bahwa setiap sistem atau proses pembelajaran harus mengalami tahap evaluasi. Dalam pembelajaran digital, guru perlu melakukan evaluasi terhadap dua aspek, yaitu: 1) penilaian terhadap proses dan hasil pembelajaran peserta didik, dan 2) evaluasi pelaksanaan pembelajaran digital secara menyeluruh, mulai dari persiapan hingga implementasi serta manajemen pembelajaran, termasuk hubungannya dengan tujuan dan kualitas pembelajaran di tingkat satuan pendidikan.
Evaluasi pembelajaran digital bukan sebatas penggunaan tools atau aplikasi
digital untuk menguji peserta didik. Ayo pahami kembali jenis-jenis evaluasi
pembelajaran:
Referensi:
1. Azis, T. N. (2019). Strategi Pembelajaran Era Digital. The Annual Conference on Islamic Education and Social Science, 1(2), 308-318.
2. Gunawan, D., Sutrisno, & Muslim. (2020). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Berdasarkan TPACK untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis. Jurnal Pendidikan Matematika, 11(2), 249-261.
3. Munir. (2017). Pembelajaran Digital. Bandung: Penerbit Alfabeta.
4. Nana, N., & Surahman, E. (2019). Pengembangan Inovasi Pembelajaran Digital Menggunakan Model Blended POE2WE di Era Revolusi Industri 4.0. Prosiding SNFA (Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya), 82-90.
5. Rafi, I., & Sabrina, N. (2019). Pengintegrasian TPACK dalam Pembelajaran Transformasi Geometri SMA untuk Mengembangkan Profesionalitas Guru Matematika. SJME (Supremum Journal of Mathematics Education), 3(1), 47-56.
6. Reyna, J. (2011). Digital Teaching and Learning Ecosystem (DTLE): A Theoretical Approach for Online Learning Environments. Proceedings ascilite 2011 Hobart: Concise Paper, 1083-1088.
7. Tomlinson, C. A. (2001). How to differentiate instruction in mixed-ability classrooms. ASCD.
8. Trestini, M. (2018). Modeling of Next Generation Digital Learning Environments: Complex Systems Theory – First Edition. ISTE Ltd and John Wiley & Sons, Inc.
9. Wahyudi, N. G. (2019). Desain Pesan Pembelajaran Dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran di Era Digital. EVALUASI, 3(1), 104-135. http://doi.org/10.32478/evaluasi.v.3i1.224.
10. Yeh, Y. F., et al. (2014). Developing and validating technological pedagogical content knowledge-practical (TPACK-practical) through the Delphi survey technique. British Journal of Educational Technology, 45(4), 707-722. doi:10.1111/bjet.12078.